Kapten Laut Albert Warokka: Pahlawan Laut dari Malang
Tak banyak yang tahu, salah satu pahlawan yang gugur dalam perang
laut dalam sejarah Republik Indonesia berasal dari Malang. Namanya
Kapten Laut Albert Warokka, yang besar di lingkungan Rumah Sakit Jiwa
Lawang. Kapten Laut Albert Warokka dilahirkan di Desa Sumber Porong,
Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang pada tanggal 15 Juni 1925.
Ayahnya adalah Yohanes Warokka, berasal dari Amurang, Manado, dan
berdinas di Perkebunan Jatiroto kemudian pindah ke Sumberporong bertugas
di RSJ Lawang. Ibunda Albert Warokka bernama Armini, asli Desa
Wonokitri, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang. Albert Warokka bersaudara
sebanyak 11 orang putra/putri. Pendidikan terakhirnya Sekolah Tinggi
Pelayaran di Semarang kemudian pada masa Perang Kemerdekaan tahun 1946
bergabung dengan TRI Laut X Banyuwangi dengan pangkat Kapten Laut.
Pada saat bergabung di TRI Laut X Banyuwangi inilah, pasukan Sekutu
mulai mendaratkan pasukannya di Pulau Bali. Pendaratan Sekutu dimulai
pada Oktober 1945 di Kota Singaraja di utara Pulau Bali. Terjadi insiden
penurunan bendera Merah Putih yang memancing kemarahan pemuda setempat.
Para pemuda membalas merobek bagian biru bendera triwarna sehingga
menyisakan Merah dan Putih. Pihak NICA membalas dengan membuka tembakan
ke arah para pemuda. Seorang pemuda bernama Merta tewas dalam insiden
tersebut. Situasi di Singaraja pun memanas.
Pendaratan besar-besaran tentara Sekutu dan Belanda di Pulau Bali
terjadi tanggal 2 Maret 1946. Komponen pasukan yang mendarat di Pantai
Sanur adalah serdadu Inggris, Belanda, dan NICA-Indonesia. Turut
mendarat di sana para tokoh Bali pro-Belanda seperti bekas Asisten
Residen Denpasar, Kontrolir Klungkung, dan Kepala Distrik Denpasar. Saat
Sekutu dan Belanda mendarat di Bali, Overstee (Letkol) I Gusti Ngurah
Rai sebagai perwira tertinggi Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk
Sunda Kecil sedang berada di Jogjakarta guna berkonsultasi dengan Markas
Besar TRI mengenai pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara
menghadapi Belanda. Pendaratan Sekutu dan Belanda berlanjut hingga
tanggal 3 Maret 1946. Pendaratan pasukan Sekutu di Pulau Bali
dikhawatirkan sebagai batu loncatan dalam menyerbu Jawa Timur.
Melihat gerak maju pasukan Sekutu dan Belanda di Bali, Resimen Sunda
Kecil diperintahkan untuk menyiapkan serangan di Bali. Semula Overstee
Ngurah Rai meminta persenjataan dari Markas TRI di Jogjakarta. Ketika
itu, armada laut RI yang berpusat di Lawang, Malang. Akhirnya diputuskan
dikirim Pasukan Kapten Markadi dan Pasukan Kapten Albert Waroka. Mereka
dikenal secara umum sebagai Pasukan M yang mengadakan operasi amfibi
pertama TNI melintasi Selat Bali dari titik keberangkatan Banyuwangi ke
pantai barat Pulau Bali di sekitar Jembrana.
Pihak angkatan laut mengirim tiga gelombang pasukan ke Bali yaitu
gelombang pertama dipimpin Kapten Laut Albert Warokka dari Pangkalan
X/TKR Laut, mengambil sasaran pantai utara Bali. Kemudian gelombang
kedua Resimen TKR Sunda Kecil dipimpin I Gusti Ngurah Rai dengan sasaran
pantai selatan Bali. Adapun gelombang ketiga TKR Laut Sunda Kecil
dipimpin Kapten Laut Markadi (Pasukan M) dengan sasaran pantai tengah
Bali. Inilah peristiwa pertempuran laut pertama dalam sejarah Republik
Indonesia itu.
Tugas Pasukan M ialah membentuk TKR Laut di Bali dan sekaligus
membantu perjuangan rakyat di sana. Sedangkan tugas rombongan Albert
Warokka untuk melindungi rombongan Markadi dan rombongan Ngurah Rai
dengan mengadakan pendaratan-pendaratan di pantai barat bagian utara dan
mengadakan pencegatan terhadap musuh. Rombongan ketiga di bawah Letkol I
Gusti Ngurah Rai akan kembali ke Bali setelah menghadiri konferensi
para panglima TKR di Yogyakarta.
Seminggu sebelum pendaratan, Kapten Markadi mengirimkan empat tim
intelijen untuk mengumpulkan informasi pantai pendaratan, baik kondisi
geografis terutama tempat-tempat yang aman untuk pendaratan maupun
kondisi sosial politik masyarakat serta kekuatan, penempatan, dan
patroli pasukan Belanda. Sehari sebelum hari H, Kapten Markadi mengirim
beberapa anak buahnya ke Bali. Mereka ditugaskan menjadi pemandu untuk
menuntun pendaratan rekan-rekannya begitu perahu-perahu Pasukan M sudah
terlihat dari pantai. Kodenya berupa api berbentuk segi tiga. Jadi, bila
pasukan pendarat melihat api berbentuk segi tiga, berarti pantai itu
aman didarati.
Sore menjelang malam, Pasukan M bergerak dari asrama Sukowidi ke
embarkasi Pelabuhan Boom Banyuwangi. Sebagian berjalan menyusuri tepi
pantai, sebagian lagi bergerak lewat jalan besar sambil berpura-pura
berlatih perang-perangan. Itu dilakukan untuk mengelabui mata-mata
Belanda yang diperkirakan berada di Banyuwangi.
Ketiga rombongan itu pada tanggal 4 April 1946 malam hari berangkat
menuju Bali. Rombongan Warokka mendarat dengan selamat di Celukan
Bawang. Rombongan Markadi dicegat LCM Belanda sehingga Sumeh Darsono dan
Sidik gugur, akan tetapi LCM Belanda tenggelam. Rombongan Ngurah Rai
terlibat pertempuran dengan Belanda yang berakibat gugurnya Cokorda Oka,
Cokorda Rai Gambir, Kapten Cokorda Darma Putra serta tiga nelayan.
Pasukan yang dipimpin Kapten Laut Albert Warokka bersama sejumlah
perahu bertolak ke Bali menggunakan empat perahu nelayan jenis mayang,
telapak, dan jukung. Perahu layar tradisional yang ditarik motorboat ini
mendekati Tanjung Gondol sekitar pukul 04.00 berhasil mendarat di
pantai Celukanbawang Bali. Sesampainya di darat, pasukan Kapten Laut
Albert Warokka melakukan penghadangan terhadap konvoi pasukan Belanda
yang lewat jalan raya. Mereka kemudian selama beberapa hari membantu
pemuda Bali untuk bertempur merebut wilayah Seririt. Kemudian diputuskan
untuk mengambil senjata kembali ke Banyuwangi.
Kapten Laut Albert Warokka bersama 15 anak buahnya kembali ke
Banyuwangi dengan menggunakan dua perahu nelayan. Perahu pertama
ditumpangi Warokka bertemu patroli Belanda. Dalam pelayaran kembali ke
Banyuwangi tersebut rombongan Kapten Laut Albert Warokka bertemu dengan
patroli Belanda sehingga terjadi pertempuran. Seluruh perahu rombongan
Kapten Laut Warokka tenggelam beserta anak buahnya. Dari seluruh pejuang
di perahu itu, hanya satu yang berhasil lolos yakni I.G.M Wijono.
Adapun perahu lainnya juga terseret arus, dan hanya satu yang hidup
yakni Kamdi.
Sementara rombongan Markadi diketahui oleh dua kapal Angkatan Laut
Belanda jenis LCM (Landing Craft Mechanized) yang sedang berpatroli.
Terjadilah pertempuran jarak dekat antara pasukan Markadi dan pasukan
angkatan laut Belanda. Dalam kondisi terjepit, pasukan Markadi
melemparkan granat ke arah dua LCM Belanda. Sehingga satu kapal LCM
Belanda diledakkan dan menewaskan beberapa awaknya. Sedangkan LCM
lainnya melarikan diri ke arah Gilimanuk dengan keadaan terbakar pada
bagian dek dan lambungnya. Dalam pertempuran tersebut, korban dari
Pasukan M adalah satu orang gugur yaitu Sumeh Darsono dan satu orang
mengalami luka tembak, yaitu Tamali.
Pertempuran yang berlangsung kira-kira 15 menit itu disebut-sebut
sebagai pertempuran laut pertama yang dimenangi angkatan perang
Indonesia setelah proklamasi 17 Agustus 1945. Ekspedisi ini berhasil
mengawal Komandan Resimen TKR Sunda Kecil Overstee I Gusti Ngurah Rai
ini kembali ke Bali, Selain itu, akibat dari ekspedisi ini merupakan
embrio perang rakyat semesta mampu menyatukan kekuatan TKR Laut, Darat,
badan-badan perjuangan, para nelayan serta rakyat Bali sekaligus
berhasil menggerakkan semangat perjuangan rakyat Bali.
Untuk mengenang jasanya saat ini nama Kapten Laut Albert Warokka
diabadikan menjadi nama gedung PPAL Rayon Malang yang berada di Jalan
Menari No. 66 Malang. Nama Kapten Laut Albert Warokka juga sudah dikenal
di Lawang, Banyuwangi dan Bali. Di ketiga daerah ini, namanya
diabadikan sebagai nama jalan. Di Banyuwangi berada di belakang gedung
DPRD, sedangkan di Lawang berada di dekat pintu masuk Rumah Sakit Jiwa.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar